Monday, February 18, 2008

Memoir of Bali - part two


Angin bisnis mulai berhembus kembali, sedikit demi sedikit omzet perusahaan tempat saya bekerja mulai naik walau tidak sebaik sebelum bom Bali terjadi. Saya harus sering melakukan perjalanan dari Bali Barat ke Bali Timur. It was so nice. Saya jadi tahu tempat-tempat yang eksotis dan bahkan tidak banyak orang yang tahu tentang keindahan alamnya. Kebetulan saya masih melanjutkan kuliah di Jakarta sehingga harus sering membagi waktu antara Jakarta dan Bali. Untuk menghemat uang transport, maka saya harus sering naik kereta api atau membawa mobil sendiri. Pada awalnya saya sering naik bus damri dari Denpasar ke Gilimanuk kemudian dilanjutkan dengan kereta bisnis dari Banyuwangi ke Surabaya. Kemudian pindah kereta Argo dari Surabaya ke Jakarta, karena tiket pesawat waktu itu masih mahal.

Hingga suatu saat, saya berniat pulang ke Jakarta dengan membawa mobil sendiri. Berbekal peta dan pengetahuan tentang medan yang akan ditempuh, saya kemudian pergi ke Jakarta dengan naik mobil sendiri. Perjalanan memakan waktu hampir 2 hari, karena saya harus stop over di Surabaya untuk beristirahat sebentar dan kemudian lanjut ke Magelang untuk beristirahat dirumah saudara. Esok paginya saya baru berangkat ke Jakarta, perjalanan di Pantura adalah yang paling membosankan dan melelahkan. Sesampainya di Jakarta, saya dimarahi oleh Mama karena saya bilang naik kereta api tidak dengan bawa mobil sendiri. Akhirnya sewaktu kembali ke Bali, saya selalu ditemani oleh Mama dan perjalanan terakhir dilakukan bersama dengan Geng Labil (the fantastic five). Dan perjalanan tersebut kami namakan To Bali With Love. Karena waktu itu hampir diakhir tahun 2004 dan kami dilanda badai besar di Probolinggo. Mobil saya terendam banjir dan mogok.

Selama di Bali, saya banyak menghabiskan waktu berwisata ke pantai dibagian selatan pulau Bali. Pantai kesukaan saya adalah pantai Padang-Padang, karena tidak banyak orang yang tahu tentang keberadaan pantai ini. Hanya turis bule yang suka surfing mengetahui keindahan pantai ini. Pantainya putih bersih dengan karang-karang yang sangat indah. Pada saat masuk kepantai ini, kita harus memasuki sebuah goa kecil yang cukup curam dengan tangga menurun. Sesampainya pantai tersebut, saya sering berenang atau membaca buku hingga hampir sunset. Untuk mencapai pantai ini, dibutuhkan waktu sekitar 1 jam dari Kuta ke arah Pura Uluwatu.

Menikmati tempat wisata seperti pegunungan dan pantai bisa dikatakan free of charge alias gratis. Hanya dibutuhkan biaya uang parkir sebesar Rp 1,000 – 2,000/mobil. It’s so cheap. Deburan ombak, sunset, pasir putih, hawa sejuk serta pura yang indah adalah hiburan saya waktu itu. Mata seakan tidak pernah bosan menikmati semua itu. Saya bisa dikatakan jarang sakit selama tinggal dipulau ini, mungkin karena bebas polusi dan macet. Kemacetan hanya terjadi apabila ada Ngaben, upacara adat dan pesta layang-layang. Namun pas kembali ke Jakarta, saya selalu flu. Aneh memang!!

Tempat saya pun terkadang menjadi base camp bagi teman-teman saya yang berkunjung ke Bali, mereka sering menginap dikamar saya. Dan bahkan saya tidak sungkan menemani mereka jalan-jalan dengan mobil. Senang rasanya setiap menerima kunjungan teman-teman dari Jakarta. It must be full of laugh and fun. Waktu berjalan cukup cepat, saya sudah mempunyai sahabat-sahabat baru. Edo, Tania dan Yanti adalah salahsatu sahabat saya terbaik selama saya berada di Bali. Mereka dengan setia menemani saya diakhir pekan dan disaat saya sedang suntuk. Kulit saya semakin bertambah gelap karena sering terkena panas matahari akibat terlalu sering ke pantai. Cara saya berbicara waktu itu pun mulai dipengaruhi logat Bali. Karena saya harus sedikit bisa berbicara bahasa mereka. Seru sikh, ternyata bahasa Bali hampir sama dengan bahasa Jawa halus.

Perjalanan hidup saya semakin berwarna selama di Bali, terkadang saya sering menghabiskan waktu di bar sepanjang jalan Dhyanapura to 66 untuk berkumpul bersama sahabat-sahabat saya hingga dini hari. Dan bahkan saya pernah datang kesebuah bar selama 7 malam berturut – turut untuk menemani seorang teman dari Australia dan pacarnya berlibur di Bali. You can be what you want here and no body cares about you. That’s what I like clubbing in Bali. You can wear your short pants, T-Shirt or sandals. Tanpa harus dress up habis dan bisa pindah dari bar yang satu ke bar yang lain. Party, party and party.....hehehhehee. Hingga suatu saat saya pernah hampir mabuk dan sesampainya didekat rumah, pintu gerbang saya tabrak secara tidak sengaja. Hingga pintu tersebut tidak dapat ditutup....hehehehehe.

My Mom sering menemani saya selama tinggal di Bali. Apalagi disaat bulan puasa, saya membutuhkan beliau untuk mempersiapkan dan menemani saya makan sahur dan buka puasa. Berpuasa di Bali sangat menggoda, pertama udaranya yang panas dan juga hmm....godaannya yang sangat besar sekali. Buka puasa di Bali lebih cepat 1 jam dari Jakarta, karena sudah masuk waktu Indonesia Tengah. Sholat tarawih diadakan didalam rumah saja karena cukup jauh masjidnya. Sebenarnya jarak dari rumah ke masjid hanya sekitar 1 km saja. Pertama kali mau buka puasa saya membeli nasi lawar didekat rumah. Ternyata nasi lawar seperti nasi urap di Jawa dicampur oleh lawar (darah babi yang dikeringkan seperti didih di Jawa – daging sapi yang dikeringkan sehingga menyerupai daging). Akhirnya nasi lawar tersebut saya berikan kesalahsatu teman yang mau makan nasi lawar + B2 tersebut.

Pasar Badung adalah salahsatu pasar terbesar dipulau Bali. Ibaratnya pasar ini adalah pasar induk di Jakarta. Berbagai macam bahan baku makanan, textile, hingga kerajinan tangan tersedia disini. Dan mengenai harga sangat murah sekali. Ada cerita sendiri, semasa Mama saya baru pertama kali berkunjung kepasar ini. Dengan enaknya Mama menawar daging yang dijual di lapak penjaja daging segar. Saya tahu bahwa daging itu adalah daging babi, yang notabene diharamkan untuk dikonsumsi kaum muslim seperti kami. Kemudian saya sedikit berbisik bahwa daging yang sedang dipegang Mama saya adalah daging babi. Buru-buru Mama saya segera bergegas pergi dan saya hanya tersenyum karena melihat Mama saya sedikit mengomel karena saya tidak memberitahu beliau sebelumnya. Pasar Badung sangat ramai dipagi hari dan biasanya transaksi perdagangan dibuka sejak pukul 4 pagi dini hari.

Pasar Badung sendiri terdiri dari tiga lantai, lantai dasar menjual berbagai macam kebutuhan pokok makanan dan berbagai macam bunga untuk upacara harian masyarakat Hindu Bali. Canang (serangkaian bunga dan janur yang berbentuk persegi empat kecil) dijual seharga Rp 1,000 – 2,000 perbuah. Satu orang harus memberikan canang sebanyak 3 x untuk sembahyang pagi, siang dan sore hari di setiap pelinggih (tempat ibadat setiap keluarga). Sebagian besar janur didatangkan dari Jawa dan bahkan beberapa bunga segar dari kota Malang dan Situbondo.

Lantai dua pasar Badung adalah tempat menjual textile dan terdapat sebuah tempat menjual kerajinan tangan yang harganya hampir sama dengan harga di pasar Sukawati. Dan diujung lantai dua terdapat sebuah toko kecil yang menjual kerajinan perak bakar. Disini saya bisa menghabiskan waktu hampir 1 jam hanya untuk memilih perak bakar dalam bentuk patung dan lain sebagainya atau hanya untuk ngobrol dengan si Ibu pemilik toko yang sangat ramah. Sesekali saya berbicara dengan bahasa Bali seadanya.

Lantai atas pasar Badung dijual berbagai macam kebutuhan upacara, mulai dari kain poleng (hitam putih kotak-kotak), payung hias, patung, tempat besek dari lidi (tempat menaruh makanan atau sesaji) dan bahkan uang kepeng. Uang kepeng ternyata dijadikan sebagai salahsatu alat ritual untuk upacara dan lain sebagainya. Pokoknya sangat tidak membosankan sekali menghabiskan waktu di pasar ini. Selain itu pasar ini cukup bersih karena banyak wisatawan asing berkunjung dan bahkan disamping pasar ini mengalir sebuah sungai yang berair jernih. Tidak jarang ditemukan satu atau dua orang sedang asyik memancing disungai ini. Coba kalau di Jakarta, dijamin sungainya berwarna hitam dan bau karena dekat pasar.

Kenangan saya lainnya adalah menikmati upacara Ngaben yang cukup besar waktu itu. Ngaben tersebut diadakan disebuah pemakaman umum dikota Denpasar dekat puri pemecutan. Puri Pemecutan adalah puri kedua tersebesar di Bali setelah puri Gianyar. Masyarakat Bali mengenal akan tingkatan Kasta dan para bangsawan seperti keluarga kerajaan tinggal di puri. Dan menurut sejarah ada sekitar 4 atau 5 kerajaan besar di Bali, salahsatunya Denpasar.

Kebetulan kaum bangsawan seperti kebanyakan para bangsawan di Jawa, kaum prianya boleh memiliki lebih dari satu istri. Dan kali ini raja dari puri pemecutan dibunuh oleh salahsatu saudara tirinya karena konon masalah kekuasaan. Sehingga harus diadakan upacara Ngaben yang besar di pemakaman tersebut. Saya dan Mama kemudian berkunjung ke pemakaman tersebut untuk melihat upacara Ngaben. Karena keluarga kerajaan maka dilakukan upacara yang besar, biasanya bisa menghabiskan biaya hingga 1 miliar rupiah lebih. Kali ini upacara dibuka oleh serombongan tarian perang dibawakan oleh para pria dengan iringan tabuhan gamelan yang sedikit melankolis.

Dan ternyata apabila ada Ngaben keluarga kerajaan, maka diperbolehkan diadakan upacara Ngaben massal untuk masyarakat biasa. Masyarakat Hindu Bali dari kasta rendah biasanya mereka menguburkan jenasah keluarganya terlebih dahulu sampai ada dana untuk melakukan upacara Ngaben. Beberapa mayat sudah membusuk, sebagian lagi masih ada yang utuh karena baru beberapa hari dikuburkan dan bahkan ada yang sudah menjadi tulang belulang. Mereka dijajarkan dan diberi sesaji serta disucikan oleh Pedanda (pemimpin agama). Setelah sang raja ditaruh dalam gedebage (sebuah peti mati yang berbentuk sapi dan mempunyai atap bertumpuk sejumlah kastanya, kasta bangsawan seperti raja biasanya mempunyai atap sembilan buah) barulah upacara dimulai. Sebuah kompor gas dinyalakan dan membakar kayu kering yang diletakkan dibawah peti mati tersebut. Lambat laun api semakin membesar dan membakar seluruh peti mati tersebut. Hingga hanya abu dan aroma daging terbakar menjadi satu sore hari itu dikawasan pemakaman. Sementara beberapa jenasah kasta rendah juga sudah mulai dingaben. Saya jadi ingat salahsatu scene dalam film Schindler’s List, sewaktu tuan schindler dan sang istri sedang asyik berkuda dan tiba-tiba debu beterbangan. Debu beterbangan itulah yang kami alami waktu itu, sebenarnya berasal dari debu yang dihasilkan oleh pembakaran jenasah dan kayu bakar. Sayang waktu itu, saya belum mampu membeli sebuah kamera digital. Pasti sangat indah sekali melihat proses Ngaben seorang raja waktu itu dan bahkan atraksi unik ini menjadi santapan buat para turis asing waktu itu yang juga turut hadir.

Oh iya, menurut teman saya apabila ada Ngaben pada sore hari maka kawasan tempat Ngaben tersebut dilarang dimasuki oleh masyarakat awam pada malam hari, karena konon banyak leak (sosok setan yang menyeramkan) bergentayangan diareal Ngaben tersebut.

Satu hal lagi di Bali sangat aman, karena saya sering pergi pada malam hari naik motor dan pada saat parkir motor atau mobil tidak perlu dikunci ganda seperti di Jakarta. Masyarakat Bali diharamkan mencuri karena mereka takut akan hukum adat. Hukum adat lebih dihormati karena apabila melanggar mereka bisa dikeluarkan dari banjar (desa) tempat mereka tinggal. Tidak aneh, apabila kalian sewa mobil atau motor selama di Bali tidak perlu ada uang jaminan atau deposit. Karena kalian tidak bisa membawa kabur mobil atau motor tersebut keluar dari pulau Bali.

Pencuri di Bali biasanya mencuri Babi. Babi adalah salahsatu hewan ternak favorit bagi masyarakat Hindu Bali setelah ayam dan sapi. Karena mereka memerlukan babi untuk upacara kecil dan besar. Sapi Bali sangat unik dan berbadan subur dengan warna coklat muda dan bulatan putih dibagian pantatnya (maaf). Sapi Bali malah dijual keluar pulau seperti ke Jawa atau Kalimantan untuk dipotong. Karena masyarakat Hindu Bali dilarang memakan daging sapi yang merupakan kendaraan para dewa Hindu. Sapi bisa tersebar dimana-mana, hingga suatu saat saya pernah menabrak seekor sapi yang sedang berlari kencang karena hujan tiba-tiba turun dengan derasnya. Ibarat manusia, ia mencari tempat berteduh tapi sayang ia harus menyebrang jalan dan tidak melihat bahwa mobil saya sedang meluncur. Untungnya sapi tersebut hanya terguling dan bisa berdiri kembali. Saya sempat shock tapi akhirnya tertawa setelah melihat tingkah sapi tersebut yang lari tunggang langgang.

Pada saat Nyepi adalah hari libur besar di Bali dan saya tidak pernah menikmati liburan tersebut. Maka saya memilih mengungsi kembali ke Jakarta. Karena menurut rekan-rekan kantor, pada saat Nyepi kita tidak boleh menyalakan sebuah lampu sedikitpun. Apabila ketahuan menyalakan lampu pada saat malam Nyepi maka bisa dikenakan sangsi hukum adat yang berlaku sesuai banjar masing-masing.

Pada saat Galungan seperti hari besar Lebaran di Indonesia, maka ratusan ribu umat Hindu di sekitar Kuta dan Legian serta Denpasar adalah saat tepat untuk pulang kampung. Mereka berpesta dengan memotong babi dan bahkan kantor – kantor pemerintahan setempat banyak membagikan daging babi bagi para pegawai negri sipil (PNS) layaknya umat muslim membagikan daging kurban pada saat Idul Adha. Kebetulan saya mempunyai sahabat yang tinggal di Puri Sukawati, tepat didepan pasar Sukawati. Puri alit (kecil) ini masih merupakan bagian dari keluarga besar kerajaan Gianyar. Nah pada saat galungan, saya sering berkunjung membawakan kue kepada keluarga teman saya tersebut. Rumahnya sangat luas sekali dan dikelilingi tembok tinggi layaknya forbidden city di Beijing. Sayapun mencoba berbusana Bali, berbaju koko warna putih dengan kain sarung khas Bali dan memakai udeng (semacam topi khas Bali berwarna putih/kuning/hitam/biru, karena setiap warna mempunyai berbagai arti untuk setiap upacara). Karena saya tidak makan babi, maka keluarga teman saya biasanya juga memasak makanan lain. Karena banyak juga warga Hindu Bali yang vegetarian seperti kebanyakan umat Hindu lainnya di dunia.

Saya bingung pada saat pertama kali berkunjung pas Galungan, karena sangat sepi sekali. Ternyata mereka berkumpul dibalai pertemuan yang terletak dihalaman belakang puri yang cukup luas, kaum prianya sedang asyik bermain kartu remi dan kaum wanita sedang asyik mengobrol. Saya pun kemudian bergabung dengan mereka. Minuman keras seperti bir atau arak juga tersedia. Suasananya sangat bersahaja sekali walau mereka dari golongan bangsawan.

Pada saat liburan Lebaran, masyarakat muslim Jawa dan Lombok yang tinggal dipulau ini berbondong-bondong keluar dari pulau ini. Saya dan beberapa teman kantor segera melakukan konvoi menuju ke kepelabuhan Gilimanuk untuk menyebrang ke pulau Jawa. Huh kemacetan totalpun terjadi, waktu tempuh ke pelabuhan biasanya hanya 2 jam dan kini harus ditempuh selama hampir 5 jam. Belum lagi harus mengantri kapal ferry. Kenapa tidak dibangun jembatan penghubung saja? Konon masyarakat Bali kurang setuju akan pembangunan jembatan ini karena takut derasnya arus urbanisasi ke pulau Bali dari Jawa dan apalagi semenjak ada peristiwa bom Bali. Bahkan setelah bom, penjagaan didua pelabuhan yaitu Gilimanuk dan pelabuhan Padang Bai ke Lombok lumayan ketat. Bahkan sering ada razia KTP dipelabuhan ini, kalau ketahuan tidak punya KTP sementara di Bali mereka bisa dilarang masuk ke pulau ini. Good thing to do!!

Satu hal lagi yang tidak saya lupakan adalah rasa hormat warga Hindu Bali terhadap umat agama lain. Masjid banyak ditemukan dipulau ini dan juga bahkan Gereja Katolik atau Protestan. Masjid bahkan banyak ditemukan apabila Anda mulai memasuki area danau Bedugul dan mengarah ke Singaraja. Gereja Katedral juga terdapat di Denpasar dengan desainnya yang unik perpaduan Bali dan klasik. Wilayah jalan Gatot Subroto selatan banyak terdapat komunitas kristiani. Masyarakat Bali pun tidak marah terhadap kaum muslim setelah bom Bali, yang notabene para pengebomnya adalah kaum muslim militan yang berakal bodoh. Tidak aneh apabila semua agama dan kepercayaan ada dipulau ini, bahkan sekte Falun Gong berkembang dipulau ini. The way they respect us and forgive what had happened are amazing.

Kenangan lainnya adalah sewaktu mobil saya mogok sebuah jalan raya yang terletak ditengah – tengah persawahan. Malam itu saya bisa melihat kebesaran Tuhan yang lain, yaitu indahnya kerlap kerlip bintang dimalam hari. Menikmati keindahaan bintang dimalam hari adalah salahsatu hal yang bisa dijadikan atraksi buat wisatawan asing dan lokal. Pulau ini masih bebas polusi dan bahkan tidak seterang cahaya dimalam hari di kota Jakarta dan sekitarnya. Hmm....andaikata dipulau ini dibuat sebuah teropong bintang yang besar, pasti bisa dijadikan wisata yang menarik. Hingga suatu saat saya pernah melihat bintang jatuh karena begitu bersihnya langit malam itu disekitar persawahan. I had said a wish for my self at that time. It was so fascinated to see the stars.

Kini Bali semakin ramai dan banyak persawahan yang telah berubah menjadi vila atau hotel baru. Bahkan trend untuk memiliki property di Bali semakin meningkat. Era tahun 80 dan 90-an adalah era memiliki property di Puncak, Bogor bagi para The Haves. Kini areal kawasan Jimbaran yang tandus dan berbatu kini banyak diincar oleh para pemburu property. Memang gejala tersebut sudah terbaca semenjak pertengahan tahun 2004, banyak orang kaya baru (OKB) di Jimbaran karena mereka menjual tanahnya pada orang asing. OKB Jimbaran sangat konsumtif dan tradisional, mereka tidak menyimpan uangnya di bank. Tapi mereka lebih suka membeli barang-barang mewah untuk prestige seperti sepeda motor, spring bed, perhiasan emas, dll. Tapi mereka tidak menabung uang tersebut untuk masa depan dan bahkan terkadang para prianya yang sebagian besar memegang hak kekayaan keluarga, menghabiskan uang tersebut untuk berjudi, menyambung ayam, minum minuman keras dan bahkan main perempuan.

Dikawasan Sanur, banyak ditemukan rumah pelacuran yang bersisi wanita dari suku Jawa dan Sunda. Karena konon pria Bali menyukai wanita dari pulau Jawa yang terkenal cantik, padahal banyak wanita Bali yang cantik dan eksotis lho. Kalau Anda melihat sebuah rumah dikawasan Sanur dengan nomor belakang tambahan huruf X bisa diindikasikan bahwa rumah tersebut adalah rumah pelacuran terselubung.

Miris melihat ratusan hektar area di Bali dijual begitu saja disebuah majalah property. Suatu saat masyarakat Bali hanya menikmati saja lahan yang sudah diwariskan secara turun temurun, apabila peraturan mengenai penyewaan atau penjualan lahan kepada orang asing tidak diatur secara bijaksana. Didaerah Petitenget tempat saya biasa beristirahat di sebuah vila milik sahabat, kini banyak didirikan vila pribadi yang mewah dan konon salahsatunya dimiliki oleh selebriti Hollywood. Padahal dulunya lahan tersebut masih berupa sawah yang subur dan sangat indah pemandangannya karena kontur tanahnya yang berbukit. Dan bahkan dipetitenget terdapat sebuah gang terkenal yang bernama gang Hollywood karena konon banyak artis Holywood yang menghabiskan waktunya di private villa sekitar wilayah tersebut.

Salahsatu property yang saya minati adalah dipantai padang-padang, apabila Anda pernah melihat film “Badai Pasti Berlalu” ada sebuah rumah dipinggir tebing dengan view samudra India. Yakh.....itulah salahsatu impian saya. Dulu rumah itu belum berdiri, dan saya membayangkan mempunyai rumah diatas pantai padang-padang yang langsung menghadap ke samudra luas dan laut Jimbaran. Sim salabim.........rumah itu kini sudah jadi dan saya tidak tahu milik siapa. Wah rupanya impian saya sudah sirna sekarang karena lahan tersebut sudah dimiliki oleh orang lain....hehehee. Dan ada sebuah property baru di Jimbaran yang berbudget USD 1 juta pervila, dan hanya dibangun 10 vila saja. Setahun yang lalu vila tersebut sudah laku terjual dua buah, konon kepada keluarga Sultan Brunei dan aktor Tom Cruise. Bvlgari Hotel kini sudah megah berdiri dipinggir tebing Jimbaran, padahal pada waktu pembangunannya tidak boleh ada orang lain yang masuk dan mengambil gambar.

Padahal dua tahun yang lalu property hotel diselatan pulau yang paling menarik saya adalah Amannusa dan The Bale di Nusa Dua serta Ritz Carlton di Jimbaran. Hiburan yang paling menarik adalah merasakan nikmatnya berendam di Thallaso Spa di Ritz Carlton Hotel yang langsung menghadap samudra dan bisa menikmati sunset sambil berendam di airnya yang hangat. I love that. Sometimes we need to relax in luxurious treat.

Kini pariwisata di Bali sudah hidup kembali dan bahkan sudah mencapai 1,5 juta turis asing di tahun 2007 lalu. Tapi sayang kemarin terjadi sebuah peledakan lagi disebuah kawasan di Bali yang menurut laporan bermotifkan balas dendam. Tapi kenapa harus dengan bom lagi, sebuah bom bukan hanya menghilangkan sebuah nyawa tapi membuat ribuan pengangguran muncul di pulau ini. Selain itu, pariwisata harus dikembangkan kearah Bali Utara. Sebagian besar masyarakat di Klungkung dan Nusa Penida masih berada dibawah garis kemiskinan.

Now I miss nasi lawar at warung Kedewatan, Ubud. Warung tersebut buka hanya sampai pukul 4 sore dan menjual nasi lawar yang halal. Pertama kali buka, warung ini sangat sederhana sekali dan bahkan tidak ramai pengunjung. Kini warung tersebut ramai dikunjungi oleh para penikmat makanan halal khas Bali. Pasar senggol Gianyar, pertama kali masuk kepasar malam ini karena ajakan seorang teman yang ingin makan daging babi panggang. Konon daging babi panggangnya sangat lezat, karena saya tidak makan babi maka saya hanya pesan sate ayam yang dijual oleh seorang pedagang sate dari Madura. Dan waktu enak-enaknya makan, piring teman saya ketiban kulit kering babi yang besar diatas piringnya. Untung saja tidak menimpa piring saya....hahahahhaa.

Awal Januari 2004, saya harus mengakhiri tugas saya di Bali karena harus kembali ke Jakarta untuk menyelesaikan kuliah tugas akhir dan juga karena mendapatkan pekerjaan baru. Ada perasaan sedih waktu ingin meninggalkan pulau tersebut. Hari-hari terakhir, saya didaulat oleh seorang teman untuk menjadi juri sebuah acara dan terakhir ditutup dengan minum bersama. We got drunk at the time. Dan malam sebelumnya, saya dan Edo – my best friend duduk dipantai Kuta menikmati debur ombak dan pasirnya serta malam yang penuh bintang. Hmm....ada perasaan sedih harus meninggalkan pulau ini. Terlebih lagi saya sudah sangat mencintai pulau ini, teman – teman saya, budaya dan masyarakatnya. Pada saat masuk bandara Ngurah Rai, saya tidak mau diantar oleh teman-teman. Hanya supir kantor yang menemani saya sampai bandara. I miss Mbak Titin – my best secretary, Ibu – pembantu di kantor yang setia menyetrika baju-baju saya selama disana, Ambo dan Yudi yang dengan setia menemani saya bekerja, dan Pak Joko – my best driver. I couldn’t hold my tears pada saat pesawat tinggal landas dan sambil menatap pulau dewata tersebut dari jendela kabin pesawat yang akan membawa saya kembali ke Jakarta. Minggu pertama di Jakarta terasa berat, karena saya harus bangun pagi, terjebak kemacetan dan menghirup udara yang polusi. Saya harus bergerak cepat mengikuti ritme kerja yang cepat di Jakarta, padahal selama di Bali semuanya bergerak dengan lambat.

Saya tidak pernah melupakan sedetik waktupun selama berada dipulau yang eksotis ini. My love life, my business and my pleasure were so great. I promise to keep coming back each year. Someday I wanna visit my previous office to see my people there. I miss them alot. If GOD wishes, I would like to stay there at the rest of my life.

3 comments:

Unknown said...

Halo, saya Rasheeda Muhammad dari Indonesia, dan saya ingin menggunakan kesempatan ini untuk memperingatkan semua orang di sini untuk berhati-hati dari semua pemberi pinjaman pinjaman yang menimbulkan menjadi nyata. Mereka semua penipuan dan palsu dan niat mereka adalah untuk merobek Anda dari uang Anda sulit diperoleh. Saya telah menjadi korban pinjaman perusahaan ini tetapi tidak ada yang mampu memberikan pinjaman saya mencari sampai aku datang di Ibu Amanda Amanda Badan Kredit. Dia menawarkan saya pinjaman pada tingkat bunga yang terjangkau dari 2% dengan hanya beberapa formalitas dan requirements.After saya bertemu dengan persyaratan dan kondisi perusahaan, pinjaman saya disetujui dan saya sangat mengejutkan, itu ditransfer ke rekening bank saya dalam waktu kurang dari 24 jam. Anda dapat menghubungi Ibu Amanda melalui emailnya amandaloan@qualityservice.com dan Anda juga dapat menghubungi saya di rasheedamuhammad10@gmail.com saya email saya hanya bersaksi Ibu Amanda akan baik dan bantuan yang diberikan kepada dia saya dan keluarga saya dan saya juga ingin Anda menjadi penerima manfaat dari tawaran pinjaman nya.

Unknown said...

Apakah Anda perlu pinjaman tanpa jaminan untuk mendirikan sebuah bisnis atau pinjaman untuk renovasi dan banyak lagi, pencarian tidak lebih, kami adalah perusahaan yang sah dan pada tingkat bunga rendah dari 2% dan bersedia untuk meminjamkan jumlah yang Anda ingin meminjam dan membuat tahun ini yang berhasil untuk Anda. Mohon mengisi data pinjaman ini di bawah ini dan menghubungi kami melalui email perusahaan kami: gloryloanfirm@gmail.com.
Nama lengkap: _______________
Negara: __________________
Sex: ______________________
Umur: ______________________
Jumlah Pinjaman Dibutuhkan: _______
Durasi Pinjaman: ____________
Tujuan pinjaman: _____________
Nomor ponsel: ________

Untuk informasi lebih lanjut silahkan hubungi kami sekarang melalui email: gloryloanfirm@gmail.com

AMISHA said...

Saya selalu berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan peminjam yang meminjamkan uang tanpa membayar terlebih dahulu.

Jika Anda mencari pinjaman, perusahaan ini adalah semua yang Anda butuhkan. setiap perusahaan yang meminta Anda untuk biaya pendaftaran lari dari mereka.

saya menggunakan waktu ini untuk memperingatkan semua rekan saya INDONESIANS. yang telah terjadi di sekitar mencari pinjaman, Anda hanya harus berhati-hati. satu-satunya tempat dan perusahaan yang dapat menawarkan pinjaman Anda adalah SUZAN INVESTMENT COMPANY. Saya mendapat pinjaman saya dari mereka. Mereka adalah satu-satunya pemberi pinjaman yang sah di internet. Lainnya semua pembohong, saya menghabiskan hampir Rp35 juta di tangan pemberi pinjaman palsu.

Pembayaran yang fleksibel,
Suku bunga rendah,
Layanan berkualitas,
Komisi Tinggi jika Anda memperkenalkan pelanggan

Hubungi perusahaan: (Suzaninvestment@gmail.com)

Email pribadi saya: (Ammisha1213@gmail.com)