Monday, February 18, 2008

Memoir of Bali - part one


Indonesia’s most renowned island, Bali is topped a list of 10 top romantic destinations in Asia beating Phuket’s Thailand and Shanghai’s China, a survey by online accomodation website www.wotif.com has found. Tulisan tersebut muncul di koran The Jakarta Post edisi tanggal 15 Februari 2008. Dan sebelumnya diberbagai media lokal juga diberitakan bahwa Bali kembali masuk dalam daftar sebagai the Best Island Resort in the World oleh majalah pariwisata terkemuka didunia Conde Nest Travel.

Memang pulau Bali sangat eksotis buat saya dan ribuan orang lainnya dimuka bumi ini, sehingga pada saat kedua kaki saya pertama menapaki Bandara Ngurah Rai ada suatu ambience sendiri yang berbeda dari kota-kota lainnya yang pernah saya kunjungi. Saya tidak pernah bosan akan pulau yang satu ini.

Thanks Bill!! Bill was my boss at my previous company who had sent me to Bali couple years ago. My first job destination was in Surabaya. I stayed there for 3 months and one day, my boss asked me to set up the branch office in Bali. I was speechless and so excited hearing that I was being delegated to the island. Then I picked up all my stuffs and with a driver, we went to the island by car with 8 hours driving. This was my first journey to Bali by car. I was enjoying the journey, because this was my first sight to see Pasuruan, Probolinggo, Situbondo and Banyuwangi – the nothern part of East Java, as people called “Tapal Kuda”.

Before reached the island, we must across the strait. My driver told me that we must stayed on the deck rather than staying inside of the car. He was absolutely right. I could the smell the beauty of the island, north was the Bali national reserve park with its natural beauty and a shadow of the a mountain behind it. Meanwhile, Mount Ijen stood up behind me on the tip of Banyuwangi, saying goodbye. Finally, I reached the island of Bali through port of Gilimanuk. And it was dated on mid of 2002.

Perjalanan saya kemudian berlanjut dan sebuah pura rambut siwi yang cukup sakral menyambut saya disisi kanan jalan dan tampak beberapa ekor kera berjejer dipinggir jalan dengan harapan para pengemudi melemparkan sedikit makanan kepada mereka. It was really nice. My office was at Jalan Padangsambian, Denpasar. Dan waktu perjalanan masih harus ditempuh selama 2 jam lagi. Cukup melelahkan, Cuma semuanya tidak terasa karena saya sangat menikmati pemandangan yang sangat indah, pematang sawah yang menghijau dengan sisi kanan jalan adalah pantai berpasir hitam. Yang belakangan saya baru mengetahui bahwa pesisir pantai tersebut menyimpan sejarah kelam bangsa ini. Pada tahun 1965 – 1970, pembunuhan besar-besaran terjadi dipantai berpasir hitam ini yang memanjang dari Gilimanuk hingga Kerambitan. Mereka yang dianggap PKI dibunuh dipantai ini dan jenasah mereka entah dikemanakan, mungkin dilarung di pantai yang langsung menuju ke bagian Samudra Indonesia. Kalau Anda masih ingat cuplikan cerita film GIE, ada salahsatu scene yang menggambarkan tentang pembunuhan besar-besaran dipulau Bali setelah era Orde Lama berakhir. One of my friends who stays in German, once told me about one of his family who had disappered by mass murdered in Bali.

Akhirnya perjalananpun berakhir, kami tiba disebuah ujung jalan dimana terdapat sebuah pohon beringin besar yang diberi kain kuning dan terdapat sebuah pelinggih untuk menaruh sesaji harian. Kami berhenti di depan sebuah pagar tinggi yang mengitari sebuah rumah dengan luas 1 hektar, seorang wanita berumur tengah baya segera membuka pintu gerbang. Inilah kantor dan tempat tinggal saya selama bekerja di Bali untuk waktu yang tidak ditentukan. Saya kemudian diperkenalkan oleh sejumlah orang yang berada di tempat tersebut, yang dikemudian hari mereka kelak akan menjadi mitra kerja saya.

Saya dibawa keruangan kerja yang cukup lebar oleh wanita tersebut yang bernama Mbak Titin. Next she was my secretary and general affairs. Then she guided me to my room. Kamar saya sangat sederhana sekali tapi cukup nyaman sebagai tempat tinggal. Huh, finally I could lay down my rested body till I slept over and no one waked me up till dawn.

Next morning, I was ready to start my new job and environment. Tapi perut saya terasa lapar. Selama di Surabaya, ada seorang pembantu yang sudah menyiapkan makan pagi untuk saya. Kali ini, saya harus mencari sendiri makanan untuk sarapan pagi. Huh....saya belum tahu banyak tentang tempat makan yang halal di dekat rumah. Akhirnya saya harus keluar sebentar dan mencari rumah makan terdekat untuk sarapan. Warung Banyuwangi begitu masyarakat Bali menyebut warung makan layaknya warung tegal di Jakarta. Karena sebagian besar penjual makanan diwarung tersebut berasal dari Banyuwangi.

My driver took me to our business chanelling and I tried to remember the streets. Saya juga ingin segera menikmati pemandangan sunset dipantai Kuta sore itu. My driver took me to the most famous beach in Bali. Gosh.....I sat on the beach and it was like a dream. I never dreamt before that I would be here for a living. And OMG, I didn’t have a friend. I was absolutely alone at the time. Then I remembered someone. An old friend who I ever visited him in Bali couple years ago. I tried to seek his contact number in my memory. Yup.....I found his contact. Then I called him.
My first contact was succeed and the next day, my old friend visited me at my office. He took me away and introduced me to some places. Kebetulan teman saya tersebut sudah cukup lama tinggal di Bali dan pada saat akhir pekan dia sering mengundang saya untuk bermain kartu remi dengan teman-temannya. Seru juga karena saya tidak mempunyai kenalan lagi. Kami sering main kartu remi hingga pukul 3 dini hari. Next agenda was partying. Teman saya tersebut sering diundang ke berbagai macam pesta selama diBali dan saya sering diajak bergabung kepesta tersebut. Ya hitung-hitung untuk perkenalan. Dan tidak seperti kebanyakan pesta di Jakarta yang selalu formal, pesta di Bali selalu informal. The hosts knew that it’s a resort island, so forget your full dress!

Bali was so crowded at the time, so many foreigners visited it.Till one day, bad thing was happened in Bali. Sebuah bom meledak dasyat di Legian. Kebetulan saya waktu itu sedang berada di Jakarta untuk menghadiri meeting internal dengan pemegang saham. Saya sangat sedih semasa melihat tragedi bom Bali di bulan Oktober 2002. Saya sempat menangis melihat pulau yang indah tersebut terkoyak, puluhan mayat hangus terbakar. It was a big horror. Saya segera menghubungi kantor diBali dan menanyakan keberadaan para karyawan dikantor. Bom meledak pada waktu hari Sabtu malam di Legian dan saya bisa membayangkan betapa macetnya jalan tersebut malam itu. Perasaan marah dan sedih bercampur menjadi satu.

Binis di Bali berada dititik nol pasca Bom tersebut. Ratusan ribu pegawai perhotelan dan restoran banyak yang menjadi pengangguran. Mereka kembali kepedesaan di Bali dan banyak yang menjadi pekerja kasar. Para turis hengkang dari pulau tersebut dan dalam waktu hitungan hari, pulau Bali menjadi sepi dari para turis yang biasanya memenuhi setiap sudut di Kuta, Legian, Nusa Dua dan Ubud. Jalan raya di Legian yang satu arah tempat terjadinya bom tersebut masih ditutup untuk umum. Dan dipulau yang masih sakral ini, ditempat lokasi kejadian tersebut tersimpan banyak cerita horor yang menakutkan. Salahsatunya dialami oleh teman saya yang menjadi relawan untuk mengidentifikasi jenasah yang hangus terbakar.

Setelah hampir lebih dari satu bulan jalan Legian ditutup akhirnya dibuka kembali untuk umum. Bangunan yang hancur sebagian ada yang masih utuh dan sebagian ada yang sudah diperbaiki dengan bantuan dana dari pemerintah Indonesia dan Australia. Pada saat malam hari, tidak banyak mobil yang berani melintas dijalan ini. Masih banyak yang takut karena banyak cerita horor yang terjadi. Hingga suatu saat, warga Hindu Bali melakukan ritual pembersihan area tersebut dari niskala dan memohon agar para arwah diberikan jalan yang lapang disisi Tuhan YME. Believe it or not, pada saat upacara pembersihan berlangsung seorang wanita kerauhan (kerasukan). Wanita tersebut bisa lancar berbahasa Inggris dan hendak berbicara dengan keluarganya yang berasal dari Australia yang hadir diacara tersebut. Sepertinya ia hendak menitip pesan.

Kemudian lokasi pengeboman yang berada disisi kanan dan kiri jalan Legian Raya, ditutup oleh seng dan ditanami oleh pohon pisang. Menurut adat Bali, pohon pisang tersebut tidak boleh dipotong sampai pohon tersebut berbuah.

Bisnis dalam keadaan sekarat dipulau tersebut. Omzet perusahaan menurun dengan drastis dan saya harus memulai kembali dari nol. Terkadang disaat sepi, saya sering menghabiskan waktu dipantai Kuta, membeli sebuah minuman ringan dari Circle K yang terletak disebrang jalan, dan terkadang berbicara dengan para penduduk lokal yang bermata pencarian sebagai pemijat, pembuat tattoo serta penyewaan surfing board. Semua mengeluh, SEPI!! Sementara mereka harus menafkahi keluarga mereka dan para turis asing yang menjadi langganan mereka kini hampir dikatakan tidak ada.

Suatu saat saya sedang berlibur dikawasan Melia Hotel, Nusa Dua. Pantai putih dan birunya laut memaksa saya untuk menikmati keindahan alam tersebut. Seorang wanita Bali tampak sedang asyik mengumpulkan rumput laut yang tersebar disepanjang pantai tersebut. Saya kemudian menanyakan tentang aktivitasnya. Dia kemudian bercerita, sebelum bom Bali terjadi ia adalah seorang pegawai housekeeping disebuah hotel bintang lima di kawasan Nusa Dua. Kini ia harus dirumahkan karena tamu yang menginap bisa dihitung dengan jari. Sementara suaminya masih bekerja sebagai juru masak dihotel tersebut. Untuk menambah penghasilan keluarga ia harus mengumpulkan rumput laut dan kemudian dikeringkan serta dijual. Dalam sehari ia bisa mengumpulkan uang sebesar Rp 10.000 – 20.000 saja. Jumlah yang sangat sedikit sekali. Saya iba dengan beliau. It’s so ironic.

Enam bulan pasca bom Bali, pariwisata mulai bergeliat kembali walau tidak seramai dahulu. Di Legian bisa disaksikan beberapa turis asing sedang menaruh bunga dan memanjatkan doa ditempat ground zero (sebutan untuk tempat peledakan bom). Menurut sahabat saya, bom Bali memberikan pelajaran sendiri bagi para pelaku wisata di Bali. Sebelumnya para pelaku wisata sangat tourist oriented sekali, dengan kata lain mereka sering membedakan service antara turis lokal dengan turis asing. Terkadang turis lokal tidak diperhatikan, sehingga suatu hari pada saat kami sedang memesan minuman disebuah bar. Kami tidak dilayani, sementara sepasang turis asing yang baru tiba langsung dilayani. Sahabat saya sangat marah atas perlakuan yang berbeda tersebut dan kami langsung meninggalkan tempat tersebut. Dan konon salahsatu bar yang diledakkan tersebut juga tidak mau menerima turis lokal, hanya turis asing saja yang diperbolehkan.

Hingga suatu saat, salahsatu teman wanita saya yang bersuamikan seorang bule Amerika dilarang masuk ke dalam bar tersebut. Alasannya ia bukan turis asing, betapa tersinggungnya teman saya tersebut. Ia merasa disepelekan dan bahkan suaminya yang warga negara Amerika Serikatpun merasa tersinggung dan ia bilang bahwa teman saya tersebut adalah istrinya bukan wanita simpanan. Akhirnya pasca bom Bali tersebut, para pelaku wisata mulai ramah terhadap turis lokal. Karena hanya dari turis lokallah mereka bisa terus hidup dan berbisnis dengan baik. Terlebih pada saat pemerintahan Megawati, banyak libur nasional kejepit yang dibuat menjadi long weekend untuk menghidupkan pariwisata di Bali. Dan bahkan para pemilik hotel pun melakukan discount besar-besaran dan salahsatunya beberapa hotel dikawasan Nusa Dua melakukan kerjasama dengan Singapore Airlines. Mereka membuat paket perjalanan ke Bali dengan harga sekitar 200 Sing Dollar untuk perjalanan PP Singapore – Bali dan menginap untuk 2 malam di beberapa hotel di Nusa Dua. Sangat murah sekali dan hasilnya cukup signifikan. Beberapa hotel tampak mulai dipenuhi oleh turis asing dari Singapore dan bahkan Taiwan.

1 comment:

Unknown said...

Halo, saya Rasheeda Muhammad dari Indonesia, dan saya ingin menggunakan kesempatan ini untuk memperingatkan semua orang di sini untuk berhati-hati dari semua pemberi pinjaman pinjaman yang menimbulkan menjadi nyata. Mereka semua penipuan dan palsu dan niat mereka adalah untuk merobek Anda dari uang Anda sulit diperoleh. Saya telah menjadi korban pinjaman perusahaan ini tetapi tidak ada yang mampu memberikan pinjaman saya mencari sampai aku datang di Ibu Amanda Amanda Badan Kredit. Dia menawarkan saya pinjaman pada tingkat bunga yang terjangkau dari 2% dengan hanya beberapa formalitas dan requirements.After saya bertemu dengan persyaratan dan kondisi perusahaan, pinjaman saya disetujui dan saya sangat mengejutkan, itu ditransfer ke rekening bank saya dalam waktu kurang dari 24 jam. Anda dapat menghubungi Ibu Amanda melalui emailnya amandaloan@qualityservice.com dan Anda juga dapat menghubungi saya di rasheedamuhammad10@gmail.com saya email saya hanya bersaksi Ibu Amanda akan baik dan bantuan yang diberikan kepada dia saya dan keluarga saya dan saya juga ingin Anda menjadi penerima manfaat dari tawaran pinjaman nya.