Sunday, December 24, 2006

Natal di bumi


Hujan mulai membasahi bumi di malam natal ini.
Ditengah keganasan alam yang muncul di bumi Indonesia beberapa waktu ini, ada banyak kegamangan yang timbul di negara ini.

Ribuan orang berebut aking atau nasi kering untuk dijadikan lauk pauk ditengah mahalnya harga beras yang menjadi kebutuhan pokok bangsa ini. Masyarakat Bantul, Yogya masih harus merayakan natal diantara puing-puing bangunan yang hancur akibat gempa di awal bulan Juni 2006. Tidak ada lagi pohon natal yang menghias rumah mereka, tidak ada kue-kue natal yang lezat untuk dinikmati oleh mereka.

Di timur Indonesia, masyakarat NTT harus melawan keganasan alam akibat dari kemarau panjang tahun ini dan busung lapar karena kurangnya bantuan dari pemerintah dan korupsi yang merajalela di pemerintah daerah setempat.

Sementara beberapa waktu yang lalu saya membaca disebuah majalah wanita yang terkenal. Beberapa keluarga yang super rich....menghabiskan dana berjuta-juta untuk menghias rumah mereka begitu cantik dan semarak dengan peralatan chinaware yang pasti mahal, pohon natal yang sangat indah dan dihiasi dengan makanan menyambut natal yang beraneka ragam dan sungguh teramat lezat untuk dinikmati malam natal ini. Ironis memang.....

Jesus....sang Almasih...tidak lahir di rumah sakit Gleaneagles yang terkenal mahal dan baik pelayanannya. Ia tidak dibaringkan dengan balutan popok merk Mother & Care yang juga mahal. Jesus lahir dalam kesederhanaan....bahkan sangat sederhana....dalam sebuah palungan dan bahkan keluarga Nya sempat ditolak dibeberapa rumah penduduk sebelum Ia dilahirkan.

Semoga semua ini menjadi renungan untuk kembali kepada fitrah Natal yang sebenarnya. Perayaan Natal bukan menjadi sebuah perayaan hedonis semata...tapi untuk mengingat kelahiran Sang Almasih yang sangat sederhana dan sangat terkenal dengan ajaran adi luhungnya - Cinta Kasih.

Selamat Natal semuanya, Tuhan memberkati.

regards,

Aryo